Selasa, 04 Maret 2014

Psikologi Lintas Budaya : Psikologi Dan Budaya

Diposting oleh Unknown di 05.18

      A. Realita Pertemuan Budaya
Seiring semakin mengecilnya dunia akibat globalisasi kapitalisme dan perkembangan teknologi informasi, maka kemungkinan bertemunya antar orang-orang dari berbagai belahan dunia semakin besar pula. Pertemuan yang tidak lagi harus secara real fisik melainkan dapat melalui media-media simbolik transmisioner semacam: telepon, televisi atau internet. Pertemuan yang tidak mungkin dihindari jika masih ingin exsist daripada mengambil pilihan lain yaitu menghindar (withdrawl) dan kemudian tertinggal lalu terpuruk pada akhirnya. Pertemuan yang bukan hanya antar orang-perorang semata, melainkan sesungguhnya juga pertemuan antar budaya. 

Akibatnya adalah persoalan benturan budaya semakin mengemuka. Persoalan yang tidak sekedar menuntut pemecahan melainkan lebih pada pemahaman dan kesadaran: akan keberagaman budaya yang membawa pada kemampuan; beradaptasi, menerima perbedaan, membangun hubungan yang luas, mengatasi konflik interpersonal, dan memenangkan globalisasi.
Diakui hubungan antar budaya adalah suatu tantangan besar bagi manusia. Di dalamnya terdapat kepastian akan adanya perbedaan-perbedaan yang kadang menyakitkan terutama ketika dihadapkan pada pengambilan keputusan dan kepastian akan kemungkinan mengalami konflik serta keharusan menerima perbedaan.  

B. Keberadaan Pendekatan Psikologi Lintas Budaya
Digabungkan dengan pengertian psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia maka pendekatan psikologi lintas budaya adalah sebuah cara pandang mengenai pemahaman kebenaran dan prinsip-prinsip perilaku manusia dalam sebuah kerangka lintas budaya. Sedangkan penelitian psikologi lintas budaya adalah penelitian mengenai perilaku manusia di mana membandingkan aspek-aspek psikologis yang menjadi ketertarikan penelitian pada berbagai budaya. Lebih sekedar mempelajari kesamaan dan perbedaan aspek-aspek psikologi manusia antar budaya, penelitian lintas budaya tidak membatasi diri pada studi-studi komparatif menggali prinsip universalitas (benar untuk semua orang dari semua budaya) atau pun culture-specific (benar untuk semua orang dari sebuah budaya) namun juga mengkaji mendalam suatu perilaku unik individu-individu dari khas suatu budaya (indigenous psikologi).

      C. Budaya : Konsep Dan Definisinya Secara Umum
Kata budaya digunakan dalam berbagai diskursus dan ini diakui dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh. Murdock (1971) mendeskripsikan budaya dalam tujuh puluh sembilan ragam aspek kehidupan, yang oleh Berry (1980, dalam Berry, 1999) dikategorisasi ulang hingga dapat teringkas menjadi delapan aktifitas kehidupan. Kedelapan kategori tersebut adalah:
1.       Karakteristik umum
2.       Makanan dan Pakaian
3.       Rumah dan Teknologi
4.       Ekonomi dan Transportasi
5.       Aktifitas individual dan Keluarga
6.       Komunitas dan pemerintahan
7.       Kesejahteraan, religi, dan ilmu pengetahuan
8.       Seks dan lingkaran kehidupan (Matsumoto, 1996)

      D.  Budaya Dalam Psikologi Lintas Budaya
1.       Definisi Budaya dalam Psikologi Lintas Budaya
Sebuah definisi mengenai budaya yang disepakati bersama dalam konteks psikologi lintas budaya diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam psikologi lintas budaya. Syarat dalam definisi ini adalah benar-benar menggambarkan sisi psikologi- mempelajari individu manusia sekaligus memenuhi semua aspek dari budaya itu sendiri sebagai konstruk sosial (milik kelompok).
Mendasarkan diskusi di atas maka pengertian budaya dapat disimpulkan sebagai seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang, namun demikian ada derajat perbedaan pada setiap individu, dan dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.       Budaya Sebagai Konstruk Individu dan Konstruk sosial
Budaya adalah tak pernah lepas dari pengertian suatu kelompok individu. Ia merupakan kekhasan yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok lain. Ketika kita berbicara mengenai orang Solo misalnya terlebih yang tinggal di region tersebut tampak memiliki kesamaan dalam karakter kepribadian, perilaku, dan nilai-nilai yang selama ini melalui konsensus dikatakan sebagai budaya Solo atau Jawa. Disini budaya berlaku sebagai suatu konstruk sosial.
Namun ada pula orang Solo yang kurang memahami atau hanya menerima sebagian saja nilai-nilai dari budaya Solo, meski asli keturunan dan tinggal di Solo. Perilaku dan pola pikirnya sangat berbeda dengan stereotype kita mengenai orang dan budaya Solo. Ia orangnya sangat asertif, materialistis, atau pun berpandangan egaliter terhadap orang tua hingga terkesan tidak mengenal sopan santun dan sama sekali tidak paham masalah pewayangan. Perbedaan-perbedaan individual dalam menyerap nilai budayanya ini menunjukkan bahwa budaya dapat berlaku sebagai suatu konstruk individual.

3.       Budaya versus Kepribadian
Pengertian yang menegaskan adanya perbedaan individual dalam budaya sering disalahpahami orang bahwa definisi yang diberikan di atas menjadikan pengertian budaya tampak tidak berbeda dengan pengertian kepribadian. Sebenarnya pengertian budaya yang diberikan sudah menjelaskan adanya perbedaan antara budaya dengan kepribadian dengan beberapa argumentasi berikut:
Pertama, bahwa budaya adalah atribut kelompok (conglomeration of attribute) yang dimiliki bersama oleh semua anggota kelompok budaya tersebut.
Kedua, adanya stabilitas eksistensi dari budaya sebagai hasil komunikasi dan transmisi dari satu generasi berikutnya – pola vertikal.
Ketiga, sebagai argumentasi yang menunjukkan perbedaan budaya dengan kepribadian adalah kenyataan bahwa budaya merupakan sebuah makro konsep.

4.       Relativitas dan Universalitas
Menurut pandangan relativitas, budaya dan fungsi-fungsi psikologi manusia saling mempengaruhi satu sama lain sehingga keduanya terus berkembang (culture and psyche make each other up). Hal ini menjadikan penjelasan tentang fungsi-fungsi psikologis manusia adalah berbeda dari satu budaya dengan budaya lain. Karenanya konsep mengenai penghayatan makna (meaning) menjadi begitu penting. Manusia bertindak menurut apa yang mereka lihat dan maknai. Guna mendapatkan pemahaman mengenai penghayatan subyektif kolektif ini, metode deskriptif dan interpretatif menjadi jalannya.
Sebaliknya, pandangan universal berangkat dari titik keyakinan bahwa fungsi-fungsi psikologis manusia adalah bagian tak terpisah sebagai sebuah organisme (psychic unity of human kind). Hal ini menjadikan segala proses dan fungsi psikologis manusia adalah universal, walaupun dalam manifestasinya (overt behavior) adalah berbeda antar budaya dan bahkan antar individu manusia. Guna mendapatkan pembuktian mengenai hal ini, studi-studi kuantitatif seperti eksperimen klasik Ekman (1973, dalam Matsumoto, 1994) mengenai universalitas emosi.

Referensi : Dayakisni, Tri. & Salis Y. 2012. Psikologi Lintas Budaya (edisi revisi). Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lucy's Living Room Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos