Minggu, 18 Mei 2014

Menyesal

Diposting oleh Unknown di 20.44 0 komentar






Apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang menyesal? Kalau saja waktu itu bisa diulang kembali. Tidak! Ini hanya harapan orang yang munafik. Sekalipun waktu bisa diulang kembali, bisakah kita memahami situasi yang mendorong kita berperilaku semau kita. Orang yang menyesal adalah orang yang munafik. Saat ini aku menyesal, sungguh menyesal atas perbuatanku waktu itu. Aku tidak akan menyapa temanku jika kau tidak suka. 

Selamat malam dearest.
Aku hanya ingin mengklarifikasi soal hari minggu lalu, tepat tanggal 11 Mei. Ingatkah kamu sebelum hari itu, aku bilang bahwa besok pagi aku akan jogging bersama teman-temanku dan kamu bilang bahwa besok paginya kamu akan mengantar saudaramu untuk test. Deal! Tidak ada masalah. Sekalipun kau mengatur baju apa yang harus aku kenakan di pagi itu, aku turuti. Aku ingin kita tidak ada masalah. Aku ingin memahami kondisimu yang saat ini sedang di bawah tekanan skripsi. Aku hanya bisa berusaha, tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginanmu. Sampai pada saat pagi itu, kamu bilang bahwa kamu tidak jadi mengantar saudaramu. Kamu juga pergi jogging bersama teman rumahmu. Kita jogging di tempat yang sama dan akhirnya bertemu. Disaat aku bersama teman-temanku, kau meminta aku untuk ikut denganmu. Lalu bagaimana dengan teman-temanku? Mana mungkin aku yang sebelumnya berangkat bersama teman-temanku tiba-tiba pergi begitu saja. Aku menolak ajakanmu bukan karena aku tidak mau pergi denganmu. Mengertilah bahwa aku punya teman, aku harus menjaga hubunganku dengan mereka. Entah waktu itu kau marah atau tidak, yang pasti kau mulai bersikap dingin kepadaku. Permasalahan yang kedua, saat kau tiba-tiba merebut HP-ku tanpa izin dariku. Maaf saat itu aku refleks menarik Hpku dari tanganmu. Bukannya aku menutupi sesuatu dari HP-ku. Seharusnya kamu ingat sudah berapa kali kejadian seperti ini terulang dan berapa kali aku bilang “aku gak suka ada orang yang mengambil barangku tanpa izin apalagi main rebut begitu saja”. Dari kejadian kedua ini, kau semakin dingin. Bahkan ketika aku ikut tertawa denganmu dan temanmu, kau menyudutkan aku, seolah-olah aku gak berhak ikut tertawa denganmu. Entahlah apa maksudmu saat itu. Kau terlalu sering membuatku seperti orang bodoh di depan teman-temanmu. Mungkin kau lupa, tapi aku masih sangat mengingatnya. 

Beberapa menit setelah kita saling diam dan aku masih jengkel padamu, ternyata ada seorang wanita dan suaminya menghampirimu dan temanmu itu. Entahlah itu siapa, kalian asik ngobrol. Akhirnya aku pindah posisi duduk yang sebelumnya bersebelahan denganmu, aku pindah diantara teman-temanku dan menjauh darimu. Setelah wanita dan suaminya itu pergi, aku ingin minta maaf padamu walaupun aku sendiri gak tahu siapa yang salah. Aku selalu punya kebiasaan untuk minta maaf terlebih dahulu jika ada sesuatu diantara kita. Aku dapatkan posisi duduk bersebalahan denganmu. Tapi aku lihat raut wajahmu yang seolah-olah tidak ingin berbaik hati denganku. Aku masih berusaha bicara dengan nada rendah agar kau memaafkanku dan kembali senyum buat aku. Sampai pada akhirnya tiba-tiba seseorang yang aku kenal berada di depanku untuk membeli makanan. Aku tidak suka dibilang sombong, jadi ketika aku melihat orang yang kenal denganku, aku akan menyapanya. Waktu itu aku lupa kalau orang yang aku kenal itu adalah orang yang paling tidak kamu sukai. Setelah aku nyapa temanku itu, aku lihat kamu pergi dengan temanmu itu. Gak perlu bingung harus mikir apa yang terjadi padamu. Aku tahu kamu marah. Sangat marah padaku. Hingga beberapa jam setelah itu, kamu mutusin aku. :) 
 

Lucy's Living Room Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos