Apa yang bisa dilakukan oleh
seseorang yang menyesal? Kalau saja waktu itu bisa diulang kembali. Tidak! Ini
hanya harapan orang yang munafik. Sekalipun waktu bisa diulang kembali, bisakah
kita memahami situasi yang mendorong kita berperilaku semau kita. Orang yang
menyesal adalah orang yang munafik. Saat ini aku menyesal, sungguh menyesal
atas perbuatanku waktu itu. Aku tidak akan menyapa temanku jika kau tidak suka.
Selamat malam dearest.
Aku hanya ingin mengklarifikasi
soal hari minggu lalu, tepat tanggal 11 Mei. Ingatkah kamu sebelum hari itu,
aku bilang bahwa besok pagi aku akan jogging bersama teman-temanku dan kamu
bilang bahwa besok paginya kamu akan mengantar saudaramu untuk test. Deal!
Tidak ada masalah. Sekalipun kau mengatur baju apa yang harus aku kenakan di
pagi itu, aku turuti. Aku ingin kita tidak ada masalah. Aku ingin memahami
kondisimu yang saat ini sedang di bawah tekanan skripsi. Aku hanya bisa
berusaha, tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginanmu. Sampai pada saat pagi
itu, kamu bilang bahwa kamu tidak jadi mengantar saudaramu. Kamu juga pergi
jogging bersama teman rumahmu. Kita jogging di tempat yang sama dan akhirnya bertemu.
Disaat aku bersama teman-temanku, kau meminta aku untuk ikut denganmu. Lalu
bagaimana dengan teman-temanku? Mana mungkin aku yang sebelumnya berangkat
bersama teman-temanku tiba-tiba pergi begitu saja. Aku menolak ajakanmu bukan
karena aku tidak mau pergi denganmu. Mengertilah bahwa aku punya teman, aku
harus menjaga hubunganku dengan mereka. Entah waktu itu kau marah atau tidak,
yang pasti kau mulai bersikap dingin kepadaku. Permasalahan yang kedua, saat
kau tiba-tiba merebut HP-ku tanpa izin dariku. Maaf saat itu aku refleks
menarik Hpku dari tanganmu. Bukannya aku menutupi sesuatu dari HP-ku.
Seharusnya kamu ingat sudah berapa kali kejadian seperti ini terulang dan
berapa kali aku bilang “aku gak suka ada orang yang mengambil barangku tanpa
izin apalagi main rebut begitu saja”. Dari kejadian kedua ini, kau semakin
dingin. Bahkan ketika aku ikut tertawa denganmu dan temanmu, kau menyudutkan
aku, seolah-olah aku gak berhak ikut tertawa denganmu. Entahlah apa maksudmu
saat itu. Kau terlalu sering membuatku seperti orang bodoh di depan
teman-temanmu. Mungkin kau lupa, tapi aku masih sangat mengingatnya.
Beberapa menit setelah kita
saling diam dan aku masih jengkel padamu, ternyata ada seorang wanita dan
suaminya menghampirimu dan temanmu itu. Entahlah itu siapa, kalian asik ngobrol.
Akhirnya aku pindah posisi duduk yang sebelumnya bersebelahan denganmu, aku
pindah diantara teman-temanku dan menjauh darimu. Setelah wanita dan suaminya
itu pergi, aku ingin minta maaf padamu walaupun aku sendiri gak tahu siapa yang
salah. Aku selalu punya kebiasaan untuk minta maaf terlebih dahulu jika ada
sesuatu diantara kita. Aku dapatkan posisi duduk bersebalahan denganmu. Tapi
aku lihat raut wajahmu yang seolah-olah tidak ingin berbaik hati denganku. Aku
masih berusaha bicara dengan nada rendah agar kau memaafkanku dan kembali
senyum buat aku. Sampai pada akhirnya tiba-tiba seseorang yang aku kenal berada
di depanku untuk membeli makanan. Aku tidak suka dibilang sombong, jadi ketika
aku melihat orang yang kenal denganku, aku akan menyapanya. Waktu itu aku lupa
kalau orang yang aku kenal itu adalah orang yang paling tidak kamu sukai.
Setelah aku nyapa temanku itu, aku lihat kamu pergi dengan temanmu itu. Gak
perlu bingung harus mikir apa yang terjadi padamu. Aku tahu kamu marah. Sangat
marah padaku. Hingga beberapa jam setelah itu, kamu mutusin aku. :)
0 komentar:
Posting Komentar