“Jangan berulang kali tanya
tentang perasaanku. Apa kau lupa disaat pertama kali aku mengungkapkan cintaku
padamu? Percayalah, perasaan itu tidak akan berubah”. (Someone)
Malam ini terasa kacau sekali.
Mengingat kata-katamu saat itu. Mengingat berapa kali aku bertanya padamu.
Mengingat berapa kali aku selalu meragukanmu. Tidak mungkin bisa diingat lagi,
terlalu sering.
Ya. Aku ingat. Kau seringkali
meradang disaat aku menanyakan tentang perasaanmu padaku. Mungkin kau
menganggapku seperti bayi menyebalkan yang selalu bertanya berkali-kali. Aku
memang seperti itu. Jujur saja, disaat aku menanyakan kepastian perasaanmu padaku,
aku berharap kau menatap mataku dan mengatakan betapa kau sangat mencintaiku. Beruntungnya
aku, kau pernah melakukan itu untukku. Semestinya aku tidak akan meminta kau
mengulanginya lagi, tapi entah mengapa, rasanya aku masih tidak percaya.
Katamu aku rewel. Saat itu kau
begitu geram. Matamu tajam tapi tidak memandang ke arahku. Sepertinya saat itu
kau sangat jengkel padaku, aku melihat dadamu yang kembang kempis seperti sudah
sesak memendam rasa jengkel karenaku. Bibirmu pun tertutup rapat, mungkin kau
menahan amarah padaku, kau tahu aku tidak suka dibentak. Dan kau pun berhasil
untukku. Apa kau tahu? Sekalipun aku pernah melihatmu seperti itu, dalam
benakku aku tidak ingin berhenti untuk selalu menanyakan perasaanmu padaku.
Seperti yang pernah kau bilang tentang aku, aku memang terlalu rewel.
Kau pun akan bisu mendadak ketika
aku berpura-pura tidak percaya bahwa kau begitu mencintaiku. Aku (berpura-pura)
meragukanmu. Kau akan diam dan tidak memperdulikan rengekanku. Jika sudah
seperti itu, aku mulai menyerangmu. Menyerangmu dengan berbagai kata-kata yang
memojokkanmu. Sungguh, sebenarnya bukan itu maksudku. Aku tidak pernah ingin
memojokkanmu, hanya saja aku memang memancing emosimu. Agar kau berkata lagi.
Agar kau berteriak di depanku bahwa kau begitu mencintaiku. Kau pernah
melakukan ini untukku. Kau memelukku, mataku berair, kau mendekapku
dan memohon dengan suara lirihmu agar aku tidak meragukan cintamu lagi.
Pernahkah kau berpikir apa kau
nyaman denganku yang seperti itu? Begitu sering aku ngambek, rewel, bahkan aku
memaksamu untuk menuruti semua mauku. Kau tidak akan pernah bisa tahu apa yang
mendorongku seperti itu, karena aku saja terlalu rumit untuk memahami diriku
sendiri. Terutama semua perilaku dan sikapku untukmu. Memang, aku sering
mengganggumu, seolah-olah aku mengusirmu dari hidupku agar kau tidak betah lagi
denganku. Tidak seperti itu, semua itu aku lakukan agar kau melihatku,
memandangku, mendengarkanku, menyentuhku, bahkan aku lebih memilih kau selalu
marah padaku daripada kau meninggalkanku. Aku harap kau bisa mengerti. Jangan
khawatir, aku akan belajar berubah lebih percaya padamu dan tidak rewel lagi.
Aku ingin kau selalu ada untukku, jangan pergi.
0 komentar:
Posting Komentar