Rabu, 26 Februari 2014

Bukan Rewel, Aku Hanya Takut Kehilanganmu

Diposting oleh Unknown di 04.52

“Jangan berulang kali tanya tentang perasaanku. Apa kau lupa disaat pertama kali aku mengungkapkan cintaku padamu? Percayalah, perasaan itu tidak akan berubah”. (Someone)

Malam ini terasa kacau sekali. Mengingat kata-katamu saat itu. Mengingat berapa kali aku bertanya padamu. Mengingat berapa kali aku selalu meragukanmu. Tidak mungkin bisa diingat lagi, terlalu sering. 

Ya. Aku ingat. Kau seringkali meradang disaat aku menanyakan tentang perasaanmu padaku. Mungkin kau menganggapku seperti bayi menyebalkan yang selalu bertanya berkali-kali. Aku memang seperti itu. Jujur saja, disaat aku menanyakan kepastian perasaanmu padaku, aku berharap kau menatap mataku dan mengatakan betapa kau sangat mencintaiku. Beruntungnya aku, kau pernah melakukan itu untukku. Semestinya aku tidak akan meminta kau mengulanginya lagi, tapi entah mengapa, rasanya aku masih tidak percaya.

Katamu aku rewel. Saat itu kau begitu geram. Matamu tajam tapi tidak memandang ke arahku. Sepertinya saat itu kau sangat jengkel padaku, aku melihat dadamu yang kembang kempis seperti sudah sesak memendam rasa jengkel karenaku. Bibirmu pun tertutup rapat, mungkin kau menahan amarah padaku, kau tahu aku tidak suka dibentak. Dan kau pun berhasil untukku. Apa kau tahu? Sekalipun aku pernah melihatmu seperti itu, dalam benakku aku tidak ingin berhenti untuk selalu menanyakan perasaanmu padaku. Seperti yang pernah kau bilang tentang aku, aku memang terlalu rewel. 

Kau pun akan bisu mendadak ketika aku berpura-pura tidak percaya bahwa kau begitu mencintaiku. Aku (berpura-pura) meragukanmu. Kau akan diam dan tidak memperdulikan rengekanku. Jika sudah seperti itu, aku mulai menyerangmu. Menyerangmu dengan berbagai kata-kata yang memojokkanmu. Sungguh, sebenarnya bukan itu maksudku. Aku tidak pernah ingin memojokkanmu, hanya saja aku memang memancing emosimu. Agar kau berkata lagi. Agar kau berteriak di depanku bahwa kau begitu mencintaiku. Kau pernah melakukan ini untukku. Kau memelukku, mataku berair, kau mendekapku dan memohon dengan suara lirihmu agar aku tidak meragukan cintamu lagi. 

Pernahkah kau berpikir apa kau nyaman denganku yang seperti itu? Begitu sering aku ngambek, rewel, bahkan aku memaksamu untuk menuruti semua mauku. Kau tidak akan pernah bisa tahu apa yang mendorongku seperti itu, karena aku saja terlalu rumit untuk memahami diriku sendiri. Terutama semua perilaku dan sikapku untukmu. Memang, aku sering mengganggumu, seolah-olah aku mengusirmu dari hidupku agar kau tidak betah lagi denganku. Tidak seperti itu, semua itu aku lakukan agar kau melihatku, memandangku, mendengarkanku, menyentuhku, bahkan aku lebih memilih kau selalu marah padaku daripada kau meninggalkanku. Aku harap kau bisa mengerti. Jangan khawatir, aku akan belajar berubah lebih percaya padamu dan tidak rewel lagi. Aku ingin kau selalu ada untukku, jangan pergi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lucy's Living Room Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos